Monday, April 24, 2017

RAHASIA DIBALIK MUSIBAH YANG SERING MENIMPA UMAT MANUSIA

Pada Bagian  MUHASABAH ini akan di jelaskan tentang  sebuah RAHASIA DI BALIK MUSIBAH
Sebelum nya sudah di jelaskan apa itu Muhasabah di Artikel sebelumnya yaitu ini

MUHASABAH (Upaya Evaluasi Diri Terhadap Kebaikan Dan Keburukan Dari Semua Aspek)



Bersabarlah..!!!

Kehidupan di dunia ini tidak selamanya bahagia, terkadang datang perkara yang menyusahkan, menyengsarakan dan kesedihan.

Itulah Sunnatullah, berbeda tatkala Seseorang nanti masuk syurga, Dia akan  merasakan kebahagiaan selamanya tanpa ada rasa kesedihan.

Terdengar kabar saudara kita terkena musibah tanah longsor, banjir, gunung meletus, dll.
Banyak di antara mereka yang kehilangan keluarga yang mereka cintai, harta benda, dll. Semua itu adalah musibah yang menimpa manusia.

Di luar negeri juga sebagian saudara kita tertimpa musibah, Umat Islam di Suriah di tindas oleh Pemimpin Zalim,  di Palestina di tindas oleh Yahudi, di Rongya juga umat Islam ditindas orang kafir.

Bahkan , Akhir-akhir ini terdengar berita kemanusiaan, kelaparan melanda sebagian daerah Afrika; Somalia, Etiopia, Sudan Selatan dan sekitarnya.

Kesedihan menyelimuti hati-hati kaum muslimin, mereka butuh bantuan berupa harta dan juga doa dari umat Islam seluruh dunia.

Kita yakin di balik adanya musibah itu ada hikmah yang agung, *karena musibah merupakan ujian atas orang-orang yang beriman,* bagaimana kualitas keimanan mereka, sebab orang yang mengaku beriman, pasti akan diuji,

 Allah Ta’ala berfirman :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ?"
(QS Al-'Ankabuut : 2)

 Allah Ta'ala berfirman :

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu ? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat"
(QS Al-Baqoroh : 214).

Allah Ta’ala akan menguji manusia dengan ketakutan, kehilangan jiwa dan harta, untuk mengetahui siapa yang mau bersabar terhadap ujian itu,

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar"
(QS Al-Baqoroh : 155).
Maka, hendaklah orang yang ditimpa musibah untuk bersabar dan mengharap pahala besar dari Allah Ta'ala, 
Dan jangan sampai berkeluh kesah dan marah terhadap musibah itu,
 Sebagian orang ketika tertimpa sakit atau musibah, dia tidak ikhlas, kemudian dia malas untuk beribadah, malas untuk sholat, ini sungguh perkara yang dilarang. 

Janganlah menjadi orang yang keimanannya tipis, ketika diuji dengan musibah langsung berbalik menjauh dari Islam. 

Seseorang yang mulai kenal sunnah, mulai belajar sunnah, namun tatkala diuji dengan musibah,  kemudian meninggalkan sunnah, na'udzubillah. 

Jangan, janganlah seperti itu, janganlah seperti orang yang ada di dalam firman Allah Ta'ala berikut,

 ٱلنَّاسِ مَن يَعْبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرْفٍ ۖ فَإِنْ أَصَابَهُۥ خَيْرٌ ٱطْمَأَنَّ بِهِۦ ۖ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجْهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةَ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ 

"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Q.S.Al-Hajj, 22:11)

Baca juga :

Bab Pelajaran Hidup


Ingatlah, bahwa Sakit atau Musibah itu adalah bisa menjadi penghapus Dosa atau meninggikan derajat seseorang, dengan syarat dia harus bersabar.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah berkunjung ke rumah Ummu Saib kemudian beliau berkata :

جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ أَوْ أُمِّ الْمُسَيَّبِ فَقَالَ « مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِتُزَفْزِفِينَ ». قَالَتِ الْحُمَّى لاَ بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا. فَقَالَ « لاَ تَسُبِّى الْحُمَّى فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِى آدَمَ كَمَا يُ ذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ »

"Ada apa denganmu wahai Ummu Saaib, engkau menggigil, dia menjawaba, “Aku sekarang tertimpa demam, semoga Allah tidak memberkahi penyakit demam.”_

Rasulullah berkata, “Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena sesungguhnya penyakit demam itu menghapus dosa anak adam sebagaimana bara api menghilangkan karatan besi.”
 (HR Muslim: 6735).

 Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda,

مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فٌوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةً وَ مُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً – مسلم

Artinya:
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda,”Tidaklah dari seorang Muslim yang tertusuk duri hingga apa-apa yang lebih berat darinya, kecuali dicatat baginya derajat dan dihapus darinya dengan hal itu kesalahan (Riwayat Muslim).

Jangan bersedih dan mengeluh ketika sakit atau terkena musibah,  karena orang yang tidak merasakan sakit di dunia, dia ingin dirinya sakit di dunia, karena melihat pahala besar bagi orang yang sakit atau tertimpa musibah,

عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّ جُلُودَهُمْ قُرِضَتْ بِالْمَقَارِيضِ مِمَّا يَرَوْنَ مِنْ ثَوَابِ أَهْلِ الْبَلاَءِ ».

Dari sahabat Jabir radhiyallahu’anhu ia berkata, bahwa
 Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,“Orang-orang yang dianugerahi kesehatan ketika di dunia pada hari kiamat menginginkan agar kulit-kulit mereka dipotong-potong ketika di dunia dahulu, karena mereka melihat betapa besar pahala orang-orang yang tertimpa cobaan di dunia.
(HR Baihaqi, Ash-Shohihah 2206).

Wallahu A'lam

Terimakasih sudah membac artikel ini semoga bermanfaat

Ustadz Agus Santoso, Lc., M.P.I 

Masih Ragu Dengan LARANGAN MEMILIH PEMIMPIN KAFIR ???

Orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, pasti akan memiliki loyalitas (kasih sayang) kepada sesama orang mukmin, dan membenci kekufuran dan kesyirikan. Tidak akan berkumpul di dalam hati seorang mukmin kecintaan kepada Allah dan musuh-musuh Allah Ta'ala.

Inilah yang disebut konsep al-wala wa al-bara'; wala' (loyalitas) kepada sesama muslim dan bara' (berlepas diri) dari orang kafir.

MASIHKAH MAU MEMILIH ORANG KAFIR SEBAGI PEMIMPIN ??

Bacalah firman Allah Ta'ala berikut, yang merupakan landasan al-wala wa al-bara:

 لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  [Al-Mujadilah : 22]
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung."* [Q.S. Al-Mujadilah: 22].
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata:

 Yaitu mereka tidak akan mau berteman akrab dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang tersebut adalah kaum kerabatnya sendiri. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Ta'ala di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لَا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللَّهِ فِي شَيْءٍ إِلا أَنْ تَتَّقُوا مِنْهُمْ تُقَاةً وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ
"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya hingga akhir ayat (Ali Imran: 28)

.
Beliau Rahimahullah melanjutkan, Menurut pendapat yang lain, firman-Nya:

Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak mereka. (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya (yang musyrik) dalam Perang Badar

Atau (sekalipun mereka adalah) anak-anak (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan sahabat  Abu Bakar As-Siddiq, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman.

Atau (sekalipun mereka adalah) saudara-saudara (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan  Mush'ab ibnu Umair Dia telah membunuh saudara kandungnya yang bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut.

Atau (sekalipun mereka adalah) keluarga (nya). (Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Umar yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya yang musyrik, juga berkenaan dengan Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris; masing-masing dari mereka telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Atabah dalam perang tersebut.  Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Tafsir Ibnu Katsir juz 4, hlm. 284).

Sekali Lagi.. Masihkah Mau Memilih Pemimpin Kafir Sebagai Pemimpin Mu ??

Lihatlah wahai saudaraku Muslim, dahulu para sahabat radhiyallahu’anhum betul-betul mengaplikasikan wala' dan bara', mereka tidak mau berkasih sayang dengan orang-orang kafir, bahkan ketika berperang mereka tidak pandang bulu meskipun membunuh salah satu dari keluarga terdekat mereka, karena mereka musuh-musuh Allah Ta'ala dan RasulNya.

Mereka para sahabat kasih sayang kepada sesama muslim, Kamun keras terhadap orang kafir, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْـَٔهُۥ فَـَٔازَرَهُۥ فَٱسْتَغْلَظَ فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِۦ يُعْجِبُ ٱلزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ ٱلْكُفَّارَ ۗ وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّلِحَٰتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًۢا 

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Fath, 48:29).

Namun sungguh aneh, ada sebagian kaum muslimin yang loyalitas kepada orang kafir, bahkan memilih orang kafir sebagai pemimpin. Innalillahi...

Ini merupakan kesesatan yang nyata, mana mungkin umat Islam yang mayoritas dipimpin oleh non muslim yang minoritas?

Jangan hanya karena harta dan kedudukan, rela mengorbankan umat Islam, sungguh hal ini telah menyakiti hati umat Islam.

Meskipun begitu, dalam urusan dunia, boleh umat Islam beriteraksi dengan non muslim, boleh saling menyapa. Karena Islam agama yang rahmah dan santun, tidak boleh menzalimi orang lain meskipun Non muslim.

Wallaahu a’lam.

Ustadz Agus Santoso, Lc., M.P.I

MUHASABAH (Upaya Evaluasi Diri Terhadap Kebaikan Dan Keburukan Dari Semua Aspek)

Muhasabah berasal dari kata "hasiba yashabu hisab" yang artinya secara etimologi adalah melakukan perhitungan. boleh di baca juga dari bab Pelajaran hidup

DI DUNIA INI, TAK KAN ADA YANG ABADI .

 .
Pandangan kedua mata ini tertuju kepada _salah satu jamaah shalat 'Isya' di sebuah masjid,

Seorang laki-laki yang berumur sekitar 50an tahun beranjak untuk _melaksanakan shalat sunnah ba'diyah,dan hati ana berguman,"jika berumur panjang, nanti saya akan menjadi tua seperti bapak ini"

  • Beberapa saat kemudian, kedua mata ini kembali menatap sosok laki-laki yang tua, _dengan berjalan tertatatih-tatih, dia mulai memilih tempat untuk shalat sunnah
Dan kembali hatiku berkata, "insyaallah saya nanti akan menjadi tua seperti bapak ini".

  • Tiba-tiba di pojok bagian depan masjid, terlihat seorang laki-laki yang sudah tua _sedang melaksanakan shalat, rambut hitamnya sudah berubah menjadi putih, begitu pula jenggotnya yang lebat sudah tidak ada warna hitam sedikitpun
Dan aku merenung, "Insyaa Allah, Nanti akupun seperti bapak yang tua ini ?"

 Berpikirlah diri ini, mau tidak mau, badan ini akan menjadi tua, menjadi lemah dan rambut beruban,
 jika diberi umur panjang sampai tua.

Sunnatullah atas manusia, Allah Ta’ala menetapkan fase kehidupan bagi manusia,  dari masa lemah, kemudian kuat, kemudian lemah dan beruban,

 Allah Ta’ala berfirman,

ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۖ وَهُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْقَدِيرُ

"Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."
 (Q.S. Ar-Rum, 30:54).

Baca juga :

SEJARAH DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA (INDONESIA)



 Hal ini mengingatkan aku, bahwa hidup dunia ini hanya sementara,yang kemudian nanti akan pindah ke kehidupan selanjutnya, dan akan berakhir di kehidupan akhirat.
Lihatlah satu persatu kawan dan keluarga meninggalkan kita, kakek, nenek, dst..
Mereka pergi dan tidak akan kembali lagi,
Kita menangisi atas kepergian mereka yang kita sayangi,

Tapi ingat, kita semua nanti akan seperti mereka, menjadi jenazah yang akan ditangisi pula oleh keluarga yang kita tinggalkan, HANYA MENUNGGU WAKTUNYA SAJA

 Cukuplah hal ini sebagai ibrah (pelajaran) yang berharga bagiku,

Perjalanan sangatlah jauh, yang membutuhkan bekal yang banyak pula,
Bekal untuk menghadapi negeri yang kekal negeri akherat,
Bekal yang berupa *iman dan amal shalih, akan menjadi kebanggaan bagi seseorang di akherat,
ketika harta, jabatan dan anak tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang datang dengan hati yang selamat, bersih dan iman.

Kita tidak lupa untuk berdoa di dalam shalat kita,

"Ihdinash-shiràthal mustaqìm"
Tunjukilah jalan yang lurus,

Yaitu jalannya para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin. Aammiin.

Wallaahu a’lam.
 Terimakasih Sudah membaca Artikel ini .

 Ustadz Agus Santoso, hafizhahullah

Sunday, April 23, 2017

Tarbiyatul Islam

SEJARAH DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA (INDONESIA)



Menurut Ibnu Taimiyah, batas persahabatan dan permusuhan antara umat manusia terbagi menjadi tiga,

1. Sekelompok manusia yang wajib dicintai secara mutlak yaitu Mukmin yang sempurna imannya,

2. Sekelompok manusia yang wajib dibenci secara mutlak yaitu kaum kuffar dan
3. Sekelompok manusia harus diberi hak cinta dan benci secara proporsional yaitu Mukmin yang melalukan dosa besar.

Sayangnya zaman sekarang, Standar kecintaan dan kebencian sudah berubah bahkan dalam pandangan Ibnu Abbas persahabatan dan permusuhan hanya didasarkan pada perkara duniawi sehingga kaum muslimin mudah dipecah dan dibeli musuh, akhirnya kondisi mereka menjadi lemah dan terhina parahnya mereka mencintai Kelompok yang seharusnya dibenci dan membenci kelompok yang seharusnya dicintai.

Maka nasib mereka menyedihkan sesama muslim bermusuhan namun dengan kaum kuffar berkasih sayang.

Kita harus sadar betul bahwa yang mencabik-cabik wilayah Islam dan eksistensi kaum Muslimin adalah  kaum kuffar yang bekerja sama dengan kaum munafikun yang rela menjual negara dan umatnya demi kepentingan pribadinya.

Bukankah Portugis, Spanyol dan Inggris pada abad 16 M, dengan agamanya Katolik *pernah merampok dan menjarah kekayaan rakyat Melayu dengan semena-mena ?

Semua tahu bahwa penjajah Belanda Protestan mengeruk kekayaan, menguras tambang dari mulai hulu hingga hilir dan menodai kehormatan Indonesia selama 350 tahun, sehingga bangsa Indonesia merasakan penderitaan dan kesengsaraan.

Kita patut bangga dengan ketegasan  Mas Rangsang alias Sultan Agung yang bersikap tegas kepada penjajah Belanda, memerintahkan agar kepala tawanan Belanda, Antonio Paulo dilemparkan ke mulut buaya sebagai balasan atas pengkhianatan Belanda pada pasukan Mataram.

Masih ingatkah bagaimana  Pangeran Diponegoro harus kehilangan 200.000 nyawa kaum muslimin untuk mengusir penjajah Belanda dari Tanah Jawa,

betapa perihnya  Jenderal Sudirman menapaki gerilya demi mempertahankan NKRI dari rongrongan penjajah.

Akankah kita terus merawat kepicikan dan kepandiran kita  dengan menuduh Imam Bonjol wahabi sementara lisan Anda aman malah menaruh hormat kepada para penjajah yang menguras SDM dan SDA bangsa kita.

Lucu kan, yang menjajah bangsa kita orang Eropa dan kaum kuffar tapi kita justru rame-rame memusuhi dan membenci Arab Saudi sebagai sarang Islam !

Kita harus Ikhlas mengakui bahwa kita adalah
Bangsa yang sudah kehilangan pijakan dan prinsip,
Umat yang tidak punya kemandirian dan peradaban,
Anak cucu yang tidak mampu bersikap baik kepada para pahlawan termasuk menghargai potensi diri sendiri.


  • Untuk mengembalikan umat yang sadar siapa kawan dan siapa lawan maka  harus ada gerakan dakwah yang intensif dan ofensif pada rakyat jelata dan para penguasa.



  • Biar umat Islam  tidak terus menjadi buih dan momok agama yang tiap zaman senantiasa menimpakan kerugian dan kemalangan.



  • Umat tidak boleh  berpangku tangan di tengah keterasingan Islam* terutama para juru harus makin giat berdakwah karena rakyat Nusantara bisa masuk Islam berbondong-bondong hingga menjadi mayoritas karena *gesitnya para ulama pada masa lalu dalam berdakwah.


Suatu contoh, pada tahun 1660,  Penguasa Makasar dilaporkan bersedia meninggalkan kepercayaannya kepada berhala, asalkan kaum Muslimin sanggup mengirim dua atau tiga ulama paling cakap dari Mekah,

Atau orang-orang Kristen dapat mengirimkan pendeta Jesuit paling ahli, sehingga ia di beri pengajaran tentang kedua agama ini. 

Ternyata kaum muslimin mengirim dari  Mekah dua ulama ahli sehingga ketika raja Makasar melihat bahwa orang-orang Jesuit tidak ada yang datang kepadanya maka ia segera memeluk Islam.


Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin, hafizhahullah Multaqa Duat

Bab Pelajaran Hidup

 Assalamualaikum wr.wb

Dikisahkan ada seseorang di kota S yang berbisnis rental mobil, karena tidak punya modal, maka dia hutang uang di bank konvensional (haram hutang di bank, cat.). Dengan modal nekat, uang hutang yang jumlahnya besar itu dibelikan mobil rental, namun usaha rentalnya seret, tidak menguntungkan, akhirnya dia terlilit hutang yang besar di bank, bahkan setiap bulannya ia belum bisa membayar hutangnya, hanya bunga (baca:riba) saja yang baru dia bayar. Dia kewalahan, karena ribanya berlipat dan terus bertambah setiap bulannya, ia baru sadar inilah akibat "modal nekat", riba bagaikan binatang buas yang minta jatah makan.
Singkat cerita, dia sudah putus asa, dia tepaksa menawarkan aset harta miliknya untuk dijual, ada rumah, sawah, untuk menutupi hutang di bank itu... wallaahul musta'an.

Inilah sepenggal cerita seorang yang bangkrut atau pailit, terbelit hutang yang banyak, ditambah riba yang menggunung yang harus dia bayar.

Inilah orang yang bangkrut, bisnis yang rugi dan membawa hutang banyak. Orang ini sengsara menjadi orang yang bangkrut.

Taukah anda, bahwa kesengsaraan orang yang bangkrut di dunia lebih ringan dari pada bangkrut di akherat.

Iya, bangkrut yang sebenarnya adalah bangkrut di akherat,

Bagaimana bisa bangkrut di akherat ?


Bisa, yaitu seseorang yang membawa pahala hasanah yang banyak sekali,  namun dia suka berbuat zalim; lisannya suka mencela orang lain, suka menyakiti orang lain, tangannya suka memukul orang lain, suka menipu orang, mencuri, korupsi,dll... maka pahala dia nanti akan diberikan kepada orang-orang yang telah dizaliminya, kalau sudah habis pahalanya, maka dosa orang yang dizaliminya akan diberikan kepadanya, maka jadilah dia menjadi seorang yang  BANGKRUT. na'udzubillah.

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda :

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

"Apakah kalian tahu siapa muflis (orang yang bangkrut) itu?"Para sahabat menjawab,”Muflis (orang yang bangkrut) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.” Tetapi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata : “Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah, orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan (salah) menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka”.
[HR Muslim no. 2581, at Tirmizi no. 2418 dan Ahmad (2/303, 334, 371].

Wahai saudaraku, beramal shalihlah selama masih ada kesempatan di dunia ini, dan jauhilah perbuatan zalim kepada manusia, karena semua perbuatan zalim itu akan ada pertanggungjawabannya di sisi Allah Ta'ala. 

Jika dahulu anda pernah berbuat zalim kepada orang lain, maka segeralah mengembalikan haknya atau minta dihalalkan dan meminta maaf.
Misalnya, 

Jika dulu anda pernah memukul orang lain, maka sekarang datangilah dia dan minta agar dia membalas untuk memukulmu, agar impas, atau minta maaf dan dihalalkan perbuatan tersebut.

Jika dulu anda pernah mengambil harta milik orang lain, maka segeralah anda kembalikan harta itu kepadanya, kalau dia tidak mau terima, maka mintalah dihalalkan harta itu san diikhlaskan.

Hal itu bertujuan agar kelak di hari kiamat orang yang kita zalimi itu tidak menuntut haknya kepada kita,  sehingga kita terbebas dari hutang di akherat.

Namun, bagaimana jika orang yang kita zalimi tidak ada atau sudah meninggal, lalu bagaimanakah cara kita mengembalikan haknya?

1. Yang pertama kalinya adalah kita berusaha mencarinya dengan sungguh-sungguh,  dicari rumah dan tempatnya,
2. Jika dia sudah meninggal, maka berikan hartanya kepada ahli warisnya, jika tidak ketemu,  maka sedekahkan harta itu untuk dia.
3. Jika kezaliman itu bukan berhubungan dengan harta, maka mintakan ampun untuknya agar dosa-dosanya diampuni, semoga dengan hal itu bisa menutup kezaliman kita. Wallaahu a’lam.


🖋 Ustadz Agus Santoso, B.A., M.P.I

TAFSIR SURAT AN-NAHL AYAT 56-60

KEBURUKAN-KEBURUKAN ORANG MUSYRIK


{وَيَجْعَلُونَ لِمَا لَا يَعْلَمُونَ نَصِيبًا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ تَاللَّهِ لَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَفْتَرُونَ (56) وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ وَلَهُمْ مَا يَشْتَهُونَ (57) وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59) لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الأعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (60) }

Dan mereka sediakan untuk berhala-berhala yang mereka tiada mengetahui (kekuasaannya), satu bagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada mereka

Demi Allah sesungguhnya kalian akan ditanyai tentang apa yang telah kalian ada-adakan._Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan.

Mahasuci Allah, sedangkan untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki).

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah, ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.

Apakah dia akan memelihara­nya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkan­nya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. Orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat mempunyai sifat yang buruk, dan Allah mempunyai sifat yang Mahatinggi; dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.📖 Q.S. An-Nahl: 56-60



 TAFSIR AYAT

 Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam tafsirnya, yang artinya:
→ Allah Ta'ala menceritakan keburukan-keburukan orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala dan patung-patung serta tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan di samping Allah tanpa pengetahuan. 
→ Mereka sediakan untuk berhala-berhala itu satu bagian dari apa yang direzekikan oleh Allah untuk mereka.
→ Kemudian Allah Ta'ala. menyebutkan perihal sikap mereka, bahwa mereka menjadikan para malaikat—hamba-hamba Allah— sebagai makhluk jenis perempuan, lalu mereka menganggapnya sebagai anak-anak perempuan Allah, yang mereka sembah juga selain-Nya. 
→ Mereka melakukan kekeli­ruan yang sangat besar dalam tiga penilaian tersebut. → Mereka menisbatkan kepada Allah Ta'ala. bahwa *Allah mempunyai anak, padahal Allah tidak beranak.
→ Kemudian mereka memberikan kepada-Nya bagian anak yang paling rendah, yaitu *anak-anak perempuan, padahal mereka tidak senang hal tersebut buat diri mereka sendiri,
 seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الأنْثَى تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى

"Apakah (patut) untuk kalian (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidakadil."

📖 (An-Najm: 21-22)
 Dan firman Allah Ta'ala di dalam surat ini, yaitu:
{ وَيَجْعَلُونَ لِلَّهِ الْبَنَاتِ سُبْحَانَهُ }_Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Mahasuci Allah.

📖 (An-Nahl: 57).
Yakni Mahasuci Allah dari perkataan dan apa yang mereka buat-buat itu.


{ وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالأنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا }

Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya.

📖 (An-Nahl: 58)
Yakni tampak murung karena sedih dengan karunia anak yang diterimanya.
{ وَهُوَ كَظِيمٌ }
dan dia sangat marah.

📖 (An-Nahl: 58) 
Yaitu diam karena sangat sedih.

{ يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ }
Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak.

📖 (An-Nahl: 59) 
Maksudnya, tidak suka bila dirinya dilihat oleh orang-orang.

{ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ }

disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?

📖 (An-Nahl: 59)
Yakni jika dia membiarkan anak perempuannya hidup,
→ berarti dia membiarkannya hidup terhina; → dia tidak memberikan hak waris kepada­nya, → tidak pula memperhatikannya, → dia lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan.

{ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ }

ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup).

📖 (An-Nahl: 59)
 Yaitu mengebumikannya hidup-hidup, seperti yang biasa mereka lakukan di masa Jahiliah. Maka apakah yang tidak mereka sukai itu dan mereka menolaknya buat diri mereka, lalu mereka menjadikannya buat Allah?

{ أَلا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ }

Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.

📖 (An-Nahl: 59).
Alangkah buruknya apa yang mereka katakan itu, alangkah buruknya apa yang mereka bagikan itu, dan alangkah buruknya apa yang mereka nisbatkan kepada-Nya. (Tafsit Ibnu Katsir)


 FAEDAH-FAEDAH AYAT



a.  Di antara kelakuan buruk orang musyrik adalah mereka memberikan bagian rizki untuk sesembahan-sesembahan mereka, yaitu *semacam sesaji atau sembelihan untuk patung-patung mereka.
b.  Perkataan keji orang-orang musyrik adalah *mengatakan Allah Ta'ala memiliki anak-anak perempuan, yaitu para malaikat.*
Subhanallah. *Padahal Allah Ta’ala Maha Suci dari memiliki anak.* Sama halnya orang yang mengatakan bahwa Nabi Isa Alaihissalam atau Yesus anak Tuhan, ini adalah perkataan kufur seperti perkataan orang musyrik. 
c. Termasuk kekejian orang-orang musyrik adalah *mereka marah dan tidak ridha tatkala diberikan anak perempuan, karena menurut mereka, anak wanita adalah sumber kehinaan,* sehingga ada dua opsi jika terlahir dari istri mereka bayi wanita,

  • Yang pertama, anak perempuan itu *dikubur hidup-hidup,* agar tidak mencoreng rasa malu di masyarakat.
  • kedua, membiarkan anak perempuannya tetap hidup, *namun dia akan menanggung rasa malu yang sangat.


Ayat ini menunjukkan, orang-orang *musyrik jahiliyyah sangat merendahkan status wanita,* para wanita pada jaman itu bak hewan yang tidak punya kehormatan, mereka dijadikan pemuas nafsu, bahkan wanita itu bisa diwariskan. 

Setelah datangnya Islam, wanita dimuliakan kedudukannya, karena wanita itu juga manusia yang mukallaf, *yang berhak mendapatkan kehormatan dan kebahagiaan.

Perwujudan rasa syukur atas para wanita, setelah datangnya Islam menjadi dimuliakan harkat dan martabat kaum wanita.


 Kewajiban bersyukur dengan semua pemberian Allah Ta'ala, khususnya *amanah berupa anak wanita,* karena jenis kelamin apapun, baik laki-laki ataupun perempuan, *jika dididik dengan pendidikan Islami kemudian menjadi anak yang shalih,* maka akan menjadi ladang pahala dan investasi akherat bagi orang tuanya.
Wallaahu a’lam


Ustadz Agus Santoso, M.P.I

APA YANG DILAKUKAN MAKMUM MASBUQ DI MASJID ?

Belajar Ilmu Fikih


APA YANG DILAKUKAN MAKMUM MASBUQ DI MASJID❓


Sering kita lihat ada jamaah shalat berjamaah yang terlambat, tatkala dia masuk masjid imam sedang ruku' atau i'tidal, *dia bertakbir tetap berdiri dan tidak ruku' kecuali setelah membaca surat Al-Fatihah,* apakah perbuatan ini benar menurut syariat ?

Jawab :
Seorang makmum itu diwajibkan untuk mengikuti imam disetiap gerakannya,

 sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلَا تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا

Sesungguhnya imam itu dijadikan untuk diikuti. Maka janganlah kalian menyelisihi imam. Jika imam takbir, maka bertakbirlah kalian. Dan jika imam ruku’, maka ruku’lah kalian”
 [HR Bukhari 680 dan Muslim 622]

 Maka yang benar adalah  makmum ketika masuk masjid segera bertakbir lalu mengikuti gerakan imam,

→ jika imam dalam keadaan berdiri, maka makmum berdiri,

→ jika imam ruku', maka makmun juga ruku',... dst.

→ Kemudian jika makmum tidak mendapatkan rekaat bersama imam, maka dia tambahkan rekaat setelah imam selesai shalat.

❓ Pertanyaannya :
KAPAN MAKMUM MENDAPAT SATU REKAAT BERSAMA IMAM  ?

→ Makmum mendapat rekaat bersama imam adalah tatkala makmum mendapatkan ruku' bersama imam,

→ minimal makmum membaca doa/dzikir ruku' meskipun sekali bersama imam sesuai dengan pendapat jumhur ulama.

Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Abu Dawud,

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ رَاكِعٌ فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ (ثُمَّ مَشَي إِلَى الصَّفِّ ) فَذَكَرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدْ

"Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia sampai kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
→ketika beliau sedang ruku’, lalu dia ruku’ sebelum sampai ke shaf (lalu dia berjalan menuju shaf).*
→ Kemudian dia menyebutkan hal itu kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda,
→ Semoga Allah menambahkan semangat terhadapmu, dan janganlah engkau ulangi.
[HR Bukhari, no. 783. Tambahan dalam kurung riwayat Abu Dawud no. 684].

 Sisi pendalilan hadits di atas:


→ Bahwa Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam tidak memerintahkan sahabat Abu Bakrah untuk mengulangi rakaat itu (Rekaat yang dia hanya mendapatkan ruku'nya bersama Nabi),

→ hal ini menunjukkan bahwa rakaatnya sah (mencukupi), karena sesuai kaidah :

تأخير البيان عند الحاجة لا يجوز

Mengakhirkan penjelasannya ketika dibutuhkan, tidak boleh.

Kesimpulannya:

>> Tatkala makmum masuk masjid sedangkan shalat jamaah telah dimulai, *maka makmum segera mengikuti gerakam imam,*

>>  jika ia mendapatkan ruku'nya imam maka dia mendapatkan satu rekaat,

>> Jika tidak maka dia menambah kekurangan dari rakaat yang dia tinggalkan.

Wallaahu a’lam.

 Ustadz Agus Santoso, M.P.I, hafizhahullah.