Sunday, April 23, 2017

Tarbiyatul Islam

SEJARAH DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA (INDONESIA)



Menurut Ibnu Taimiyah, batas persahabatan dan permusuhan antara umat manusia terbagi menjadi tiga,

1. Sekelompok manusia yang wajib dicintai secara mutlak yaitu Mukmin yang sempurna imannya,

2. Sekelompok manusia yang wajib dibenci secara mutlak yaitu kaum kuffar dan
3. Sekelompok manusia harus diberi hak cinta dan benci secara proporsional yaitu Mukmin yang melalukan dosa besar.

Sayangnya zaman sekarang, Standar kecintaan dan kebencian sudah berubah bahkan dalam pandangan Ibnu Abbas persahabatan dan permusuhan hanya didasarkan pada perkara duniawi sehingga kaum muslimin mudah dipecah dan dibeli musuh, akhirnya kondisi mereka menjadi lemah dan terhina parahnya mereka mencintai Kelompok yang seharusnya dibenci dan membenci kelompok yang seharusnya dicintai.

Maka nasib mereka menyedihkan sesama muslim bermusuhan namun dengan kaum kuffar berkasih sayang.

Kita harus sadar betul bahwa yang mencabik-cabik wilayah Islam dan eksistensi kaum Muslimin adalah  kaum kuffar yang bekerja sama dengan kaum munafikun yang rela menjual negara dan umatnya demi kepentingan pribadinya.

Bukankah Portugis, Spanyol dan Inggris pada abad 16 M, dengan agamanya Katolik *pernah merampok dan menjarah kekayaan rakyat Melayu dengan semena-mena ?

Semua tahu bahwa penjajah Belanda Protestan mengeruk kekayaan, menguras tambang dari mulai hulu hingga hilir dan menodai kehormatan Indonesia selama 350 tahun, sehingga bangsa Indonesia merasakan penderitaan dan kesengsaraan.

Kita patut bangga dengan ketegasan  Mas Rangsang alias Sultan Agung yang bersikap tegas kepada penjajah Belanda, memerintahkan agar kepala tawanan Belanda, Antonio Paulo dilemparkan ke mulut buaya sebagai balasan atas pengkhianatan Belanda pada pasukan Mataram.

Masih ingatkah bagaimana  Pangeran Diponegoro harus kehilangan 200.000 nyawa kaum muslimin untuk mengusir penjajah Belanda dari Tanah Jawa,

betapa perihnya  Jenderal Sudirman menapaki gerilya demi mempertahankan NKRI dari rongrongan penjajah.

Akankah kita terus merawat kepicikan dan kepandiran kita  dengan menuduh Imam Bonjol wahabi sementara lisan Anda aman malah menaruh hormat kepada para penjajah yang menguras SDM dan SDA bangsa kita.

Lucu kan, yang menjajah bangsa kita orang Eropa dan kaum kuffar tapi kita justru rame-rame memusuhi dan membenci Arab Saudi sebagai sarang Islam !

Kita harus Ikhlas mengakui bahwa kita adalah
Bangsa yang sudah kehilangan pijakan dan prinsip,
Umat yang tidak punya kemandirian dan peradaban,
Anak cucu yang tidak mampu bersikap baik kepada para pahlawan termasuk menghargai potensi diri sendiri.


  • Untuk mengembalikan umat yang sadar siapa kawan dan siapa lawan maka  harus ada gerakan dakwah yang intensif dan ofensif pada rakyat jelata dan para penguasa.



  • Biar umat Islam  tidak terus menjadi buih dan momok agama yang tiap zaman senantiasa menimpakan kerugian dan kemalangan.



  • Umat tidak boleh  berpangku tangan di tengah keterasingan Islam* terutama para juru harus makin giat berdakwah karena rakyat Nusantara bisa masuk Islam berbondong-bondong hingga menjadi mayoritas karena *gesitnya para ulama pada masa lalu dalam berdakwah.


Suatu contoh, pada tahun 1660,  Penguasa Makasar dilaporkan bersedia meninggalkan kepercayaannya kepada berhala, asalkan kaum Muslimin sanggup mengirim dua atau tiga ulama paling cakap dari Mekah,

Atau orang-orang Kristen dapat mengirimkan pendeta Jesuit paling ahli, sehingga ia di beri pengajaran tentang kedua agama ini. 

Ternyata kaum muslimin mengirim dari  Mekah dua ulama ahli sehingga ketika raja Makasar melihat bahwa orang-orang Jesuit tidak ada yang datang kepadanya maka ia segera memeluk Islam.


Ustadz Zainal Abidin Syamsuddin, hafizhahullah Multaqa Duat

No comments:

Post a Comment